tabel pedoman 3d

tabel pedoman 3d,bataravip login,tabel pedoman 3d

Pilkada Jawa Timur Paling Kompetitif
Petugas mengenakan kostum maskot Pilkada Jawa Timur 2024 Si Jali (Jatim Memilih) berkeliling saat sosialisasi di kawasan Kota Lama Surabaya, Jawa Timur.(ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

PEMILIHAN Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur 2024 dinilai sebagai kontestasi yang paling kompetitif di antara provinsi maupun daerah lainnya. Dengan tiga pasang yang seluruh calon gubernurnya perempuan, Pilkada Jawa Timur 2024 menunjukkan bahwa partai politik benar-benar memanfaatkan Putusan MK Nomor 60/PUU/XXII/2024.

"Saya melihat, hanya di Jawa Timur yang terjadi kompetisi itu yang sehat," kata Ketua Dewan Pembina The Constitutional Democracy Initiative (Consid) Amiruddin Al Rahab dalam diskusi daring yang digelar, hari ini.

Tiga pasangan calon yang sudah mendaftar ke KPU Jawa Timur adalah Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak, Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta, dan Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim. Khofifah-Emil diusung oleh koalisi gemuk Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus. Risma-Zahrul diusung PDI Perjuangan, sedangkan Luluk-Lukman diusung PKB.

Baca juga : Lima Daerah di Jatim Gelar Pilkada Calon Tunggal

"Partai-partai berani mencalonkan tokoh yang memang dari partai itu, dan membuka ruangan menjadi lebar untuk berkompetisi. Di provinsi lain saya melihat tidak seperti itu," ujar Amiruddin.

Menurutnya, fenomena yang terjadi di Jawa Timur dapat dimungkinkan karena Mahakamah Konstitusi (MK) mengeluarkan Putusan Nomor 60/PUU/XXII/2024 yang menurunkan ambang batas pencalonan kepala daerah oleh partai politik. MK menyelaraskan ambang batas itu dengan syarat dukungan yang dikumpulkan pasangan dari jalur independen, sesuai jumlah penduduk pada daerah masing-masing.

Kendati demikian, Wakil Ketua Komnas HAM periode 2017-2022 itu menilai tidak semua partai politik memanfaatkan putusan tersebut dalam mencalonkan kepala daerah. Amiruddin mengatakan, partai politik masih belum mampu melakukan kaderisasi dengan baik yang akhirnya dapat dicalonkan sebagai kepala daerah.

"Mungkin ini akibat juga dari terjadinya sentralisasi politik. Itu membuat kader-kader di daerah tidak berkembang. Sentralisasi politik memunculkan karakter dalam parpol, yakni klientelisme," terangnya.

"Siapa yang kuat berpegangan dengan petinggi partai di pusat, dialah yang bisa jadi di daerah," tandasnya. (Tri/P-2)



Previous article:naga303 login mobile

Next article:data sdy pools